Simpul Pendidikan

Ada dua simpul pendidikan yang sejatinya merupakan inti dari metode pendidikan itu sendiri, yaitu “pengakuan” dan “pembersamaan”.
Dua simpul ini disimpulkan dari empat kondisi anak yaitu:
Anak terlahir dalam keadaan sudah cenderung baik (fitrah)(1)
Anak tidak dicatat perbuatan dosanya hingga baligh(2)
Ada syaithan yang selalu ingin menggelincirkan fitrah(3)
Anak terlahir dalam kondisi tidak tahu apa-apa(4)
Empat kondisi ini memunculkan dua metode:
Kondisi 1 dan 2 melazimkan adanya “pengakuan”, yaitu dengan kondisi 1 pendidik harus mengakui bahwa semua anak adalah baik dan dengan kondisi 2 pendidik harus memaafkan serta memaklumi kesalahan anak.
Kondisi 3 dan 4 melazimkan adanya “pembersamaan”, yaitu dengan kondisi 3 pendidik harus membersamai anak dengan cara menjaga kemurnian fitrahnya agar tidak terluka dan dengan kondisi 4 pendidik harus mengarahkan dengan memberikan pengetahuan yang diperlukan oleh anak.
Pengakuan yang berlebihan dapat memunculkan “pembiaran”, sedangkan pengakuan yang diremehkan akan memunculkan “pemaksaan”.
Pembersamaan yang berlebihan akan memunculkan “pemaksaan”, sedang pembersamaan yang diremehkan akan memunculkan “pembiaran”.
Adapun kadar pemaksaan dan pembiaran dalam metode pendidikan disesuaikan dengan:
Usia
Kondisi karakter yang belum tumbuh.
Penyesuaian dengan kedua hal ini menjadikan adanya tiga metode(5):
1. FASE PEMBIARAN (anak bagaikan raja):
“Metode pembiaran” digunakan untuk usia 0-7 tahun (fase thufulah, masa penumbuhan kecintaan, masa emas pertumbuhan karakter iman), atau yang sudah terlewat masa emasnya (sudah besar) tetapi karakter imannya (kesadarannya) belum tumbuh. Dan metode pendidikannya berkadar 75% s/d 100% pembiaran dan 0% s/d 25% pemaksaan.
Inilah yang dinamakan metode bahasa HATI.
2. FASE SEIMBANG (anak bagaikan teman):
“Metode seimbang” digunakan untuk usia 7-10 tahun (fase tamyiz, masa tumbuhnya nalar dan pengetahuan, masa emas pertumbuhan karakter belajar), atau yang sudah terlewat masa emasnya (sudah besar) tetapi karakter belajarnya belum tumbuh. Dan metode pendidikannya berkadar kurang lebih 50% pembiaran, dan kurang lebih 50% pemaksaan.
Inilah yang dinamakan metode bahasa LISAN.
3. FASE PEMAKSAAN (anak bagaikan tawanan):
“Metode pemaksaan” digunakan untuk usia 10 tahun-Baligh (Fase murahaqah, masa tumbuhnya kemandirian, masa emas pertumbuhan karakter bakat), atau yang sudah terlewat masa emasnya tetapi karakter bakatnya belum tumbuh. Dan metode pendidikannya berkadar 0% s/d 25% pembiaran, dan 75% s/d 100% pemaksaan.
Inilah yang dinamakan metode bahasa TANGAN.
Akhirnya ...
Kesimpulan dari simpul pendidikan:
“Metode pendidikan yang tepat adalah berada diantara pembiaran dan pemaksaan dengan kadar yang disesuaikan dengan usia dan kondisi anak”
Abdul Kholiq
Sekolah Karakter Imam Syafi’i (SKIS) Semarang
Catatan kaki:
(1) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi" (HR. Muslim)
(2) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ
”Diangkat pena (tidak dikenakan kewajiban) pada tiga orang, yaitu: orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga baligh, orang gila hingga berakal”. (Sunan Abu Dawud, no. 4403 dan Sunan At-Tirmidzi, no. 1423).
(3) Sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنِّيْ خَلَقْتُ عِبَادِيْ حُنَفَاءً ، فَاجْتَالَتْهُمُ الشَيَاطِيْنُ عَنْ دِيْنِهِمْ
“Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif (Islam, Fitrah), kemudian syaithan-syaithan menggelincirkan mereka dari agamanya”. (dikutib dari tafsir Ibnu Katsir)
(4) Allah ta’ala berfirman, وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An Nahl:78)
(5) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa (siapa-pun) yang melihat (mengetahui) satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. (HR. Muslim)